“Kalau kita baik pada orang, maka orang itu juga akan baik pada kita.”
Pernyataan ini sederhana. Tak sesederhana ketika dilakukan. Tidak hanya dalam konteks relasi individu, tetapi lebih sulit jika dilakukan dalam konteks relasi perusahaan.
Pandemi Covid-19 yang menghajar hampir setiap negara di dunia ini juga berimbas pada dunia bisnis dan ekonomi. Tidak sedikit perusahaan yang collapse dan dengan terpaksa mengurangi gaji karyawan, bahkan ‘merumahkan’ karyawannya. Ini sebuah pukulan yang sangat besar bagi banyak pihak. Situasi tersebut mengakibatkan beberapa karyawan melakukan protes atau demonstrasi menuntut perusahaan supaya tidak merumahkan mereka. Hal ini tentu makin mempersulit kondisi perusahaan karena seolah kurang mampu mengelola karyawan.
Pengelolaan terhadap SDM di sebuah perusahaan merupakan pondasi yang cukup penting dalam menjalankan kinerja sebuah perusahaan. Bagaimana pun, karyawan merupakan salah satu potensi yang tidak bisa dipungkiri. Bergerak dari penelitian yang dilakukan oleh Jim Collins terhadap beberapa perusahaan besar, Ferry Wirawan Tedja seolah menyepakati bahwa yang penting dalam sebuah perusahaan bukanlah strategi, bukan pula manajemen, melainkan individu. Itu sebabnya, konsultan di bidang SDM ini fokus pada kompetensi dan keahlian individu dari sebuah perusahaan saat ia menuliskan buku berjudul People First ini.
Merangkak dari praktisi, Ferry memformulasikan hal yang krusial tentang kualitas sumber daya manusia dalam sebuah buku. Dalam bedah buku yang digelar melalui aplikasi Zoom pada Sabtu, 13 Juni 2020, Ferry menjelaskan bahwa kinerja SDM yang selama ini dikenal oleh banyak orang adalah hiring dan firing. Namun sejalan dengan kinerjanya selama menjadi praktisi, Ferry mulai menyadari bahwa masalah yang krusial dalam bidang SDM adalah industrial relation.
Bisa jadi karena Ferry memiliki latar belakang kelimuan psikologi, maka ia sangat fokus pada kompetensi dan keahlian dari manusia. Dalam buku ini, Ferry menggagas sebuah framework agar sebuah perusahaan mampu membangun ekosistem sehingga tiap individu yang ada dalam perusahaan itu senang untuk tinggal.
Warna cover yang merah seolah menantang orang yang memandangnya sekilas. Hal ini senada dengan salah satu visi yang diemban olehnya yakni menyampaikan pesan dengan bijak dan berani sejalan nama perusahaannya, Samahita Wirotama. Dengan begitu, Ferry ingin menyampaikan dengan jujur dan apa adanya perihal kebutuhan perusahaan untuk mulai membangun industrial relation, yakni membina setiap individu di dalam perusahaan tersebut.
Sudah saatnya bagi Indonesia bukan hanya mempekerjakan karyawan, melainkan mengembangkan karyawan. Jika kita berbuat baik pada orang lain, maka orang juga akan berbuat baik pada kita. ***