Judul Buku : Menua dengan Gembira
Penulis : Andina Dwifatma
Penerbit : Shira Media
Tahun : Maret 2023
Ukuran Buku : 13 x 19 cm
Jumlah Halaman : 142 halaman
ISBN : 978-602-7760-70-7
Membaca buku “Menua Dengan Gembira” seakan membuat pembaca duduk bareng teman dan saling bercerita apa yang sedang terjadi di sekitar kehidupan mereka. Cerita-cerita pendek yang dikemas dalam bentuk esai oleh Andina Dwifatma membuat pembaca tertawa, atau ‘tersentil’ dengan cerita yang disajikan.
Dengan gaya tulisan storytelling, Andina mampu menyajikan realita yang sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Seperti halnya esai, “Indahnya Grup WhatsApp Keluarga”, Andina menarasikan bagaimana grup WhatsApp keluarga menjadi tempat untuk berbagi motivasi, semangat untuk beribadah, dan berbagai informasi terkini. Bahkan ketika ada anggota keluarga yang berulang tahun, lebih penting mengucapkan di dalam grup WhatsApp keluarga daripada mengirim chat personal atau menelepon langsung. Kenapa? Kalau chat secara personal,nanti anggota grup lain tidak melihat betapa perhatiannya kita. Jadinya nanti ras-rasan antar anggota keluarga.
“Yang Kalah Pindah Agama”, adalah salah satu esai menarik yang juga relate dengan dinamika kehidupan saat ini dimana isu agama terkadang menjadi topik sensitif. Andina menceritakan semasa kuliah dia mempunyai teman Katolik yang sering dibercandai jadi mualaf, difoto mengenakan sarung dan peci, atau diajak ke masjid setiap Jumatan. Masalah kepercayaan dipandang enteng dan rileks, seperti ganti baju saja. Kalau terjadi saat ini, mungkin perbuatan itu sudah dikategorikan sebagai perundungan atau viral di media sosial – tapi pada saat itu, Andina dan teman-temannya menganggap itu lucu. Si teman Katolik pun hanya mesam-mesem dan tetap pergi ke gereja setiap hari minggu. Istilahnya, nggak baper.
Di dalam buku “Menua Dengan Gembira”, ada 26 esai yang mengulas tentang berbagai cerita kehidupan warga pinggiran Jakarta. Berangkat dari kehidupan Andina selama 15 tahun di Jakarta, esai-esai yang ditulis seakan menggambarkan kehidupan kaum metropolis ibukota. Mungkin tidak hanya di Jakarta, di berbagai daerah yang ada di Indonesia, pasti pernah mengalaminya.
“Bukankah hidup sudah terlalu menyesakkan dan kadang yang kita inginkan hanyalah teman untuk menertawakannya?”
Andina dalam buku ini, mengajak pembacanya untuk napak tilas memaknai kehidupan ini dengan lebih bijaksana. Persoalan remeh temeh, yang seringkali membuat kita berpikir, menjalani dan mengamatinya. Hingga akhirnya tersadar bahwa hidup diwarnai dengan berbagai cerita yang lekat dalam ingatan dan perjalanan manusia. Bahwa semakin tua, semakin banyak dan beragam orang yang kita temui, justru semakin kita sadar bahwa di dunia ini ada banyak hal yang tidak kita pahami. Cukup jalani dengan ikhlas dan penuh rasa syukur, dan jangan lupa untuk tersenyum. (Rp)