Penulis: John Gray
Tebal buku: 286 hlm
Penerbit: HarperCollins
Tahun terbit: 1992
Buku ini merupakan karya pertama John Gray, yang merupakan konselor hubungan, yang menjadi best seller sepanjang masa dan membawanya melahirkan berbagai karya lain dengan judul setema. Penulis Amerika ini telah menghasilkan karya sebanyak kurang lebih 23 judul tulisan dan telah membantu banyak pasangan dan juga pernikahan dari terjadinya perpisahan melalui buku, konseling dan seminar yang dia adakan.
Buku Men Are From Mars, Women Are From Venus ini sering disebut-disebut jika membahas soal relationship. Menurut saya, pengalamannya di dunia prakis sangat membantu John dalam memberikan penjelasan dengan sangat sederhana, praktikal dan detail. Bahkan terlalu detail bagi saya. Cukup banyak bagian yang berulang. Namun saya rasa itu memang gaya penulisannya dalam usaha menanamkan hal penting tersebut di dalam alam bawah sadar pembaca selama mencerna buku ini. Which is good.
Melalui buku ini penulis ingin menjelaskan perbedaan cara pikir pria dan wanita, yang mempengaruhi tindakan mereka sehari-hari. John Gray berusaha menjelaskan seterperinci mungkin dengan memberikan berbagai macam contoh nyata, mulai dari kisahnya pribadi dengan istri hingga kisah dari klien yang dia tangani. Dia menyediakan banyak data sudut pandang pria dan sudut pandang wanita dalam menyikapi hal. Didapati hal yang sama bisa memicu reaksi yang berbeda dari pria dan wanita.
Bab demi bab ditulis dengan sangat runut dan rapi untuk menuntun pembaca mengerti konsep berpikir dari hasil pengamatan dan praktiknya selama berkarya di dunia psikologis. Meski gaya bahasanya ringan, buku ini ternyata cukup menguras waktu dan pikiran saya. Penjelasannya yang praktikal membutuhkan saya berimajinasi atau mengarungi waktu di masa lalu untuk mengevaluasi pengetahuan dan pengalaman berkomunikasi saya.
Buku ini diterbitkan pada tahun 1992 dan menurut saya daripada menyebutkan pria dan wanita, penggunaan kata maskulin dan feminim sepertinya lebih relevan dengan awareness saat ini. Saya pribadi mendapati banyak poin yang digambarkan John Gray sebagai pria (maskulin) sekaligus wanita (feminim) dalam diri saya. Meski awalnya bingung, buku ini tak disangka sangat membantu saya mengenali sisi maskulin dan feminim yang saya miliki.
Pria kelahiran 1951 ini memang berkarir sebagai konselor pernikahan, namun buku ini tidak membahas sebatas hubungan pasangan, tapi juga keluarga, teman, dan rekan kerja. Di salah satu bab, penulis mengajak pembaca melakukan praktek awareness dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada diri sendiri dan menuangkannya dalam Love Letter. Menurutnya, emosi negatif itu lebih baik jangan dihindari karena akan menumpuk dan meledak sewaktu-waktu. Dengan menyadari dan menerima emosi negatif, kita justru jadi siap menerima emosi positif juga. Kita jadi lebih siap untuk berkomunikasi dengan baik. Mengenali emosi negatif yang ada di dalam diri membantu kita bertumbuh jadi sosok yang lebih baik.
John Gray membantu pembaca untuk memulai praktik lebih mudah dengan menyediakan template worksheet yang bisa dipakai kapanpun, khususnya saat merasakan emosi negatif. Emosi negatif meliputi anger, sad, fear, dan regret. Setelah menyadari dan menerima keempat emosi negatif tersebut, kita lebih siap untuk memberikan cinta pada orang lain. Kita jadi mengerti bahwa saat emosi negatif itu datang, pemicunya seringkali bukan karena yang terjadi saat ini, namun luka masa lalu yang lama tertidur itu bangun kembali. Jika tidak dihadapi, cycle tersebut akan terus berulang.
Sangat menyenangkan membaca buku ini. Tidak hanya membantu merapikan kembali mindset, saya juga bisa mempraktikkan langsung teori yang disampaikan. Memahami diri sendiri membuat saya belajar untuk memahami orang lain. Dengan memahami diri sendiri, saya jadi tidak membangun ekspektasi berlebihan yang bahkan mungkin cenderung tidak masuk akal bagi orang lain. Dengan memahami diri sendiri, saya jadi lebih respect dan mencintai orang lain juga.