Buku I’mmortal Series: Reminiscentiam berawal dengan ceritera tentang seorang pemuda yang bangun – ia kehilangan ingatannya – dan bertemu dengan seseorang yang disebut dengan Maut. Pada perjumpaan tersebut Sang Maut memberitahu pemuda bahwa ia bukan lagi manusia, namun telah menjadi bagian dari Bangsa Noxis yang abadi.
Pemuda tadi mendapat nama Sang Pemusnah dengan misi membunuh seorang penyihir yang sangat kuat serta merupakan makhluk yang abadi. Lantas mulailah pertualangan berlanjut sepanjang ceritera dalam buku, termasuk ceritera kilas balik masa lalu Sang Pemusnah sebelum kehilangan ingatannya.
Ide dalam bentuk gambar konsep-konsep karakter telah dibuat oleh Anita Bong sejak dari bangku SMP. Tatkala itu, ia senang menggambar karakter-karakter hingga menyediakan sebuah buku khusus untuk menggambarnya. Buku tersebut menjadi semacam peti harta karun yang di masa depan akan membuatnya berkembang melampaui angannya. Ide menggambar karakter ia dapatkan dari berbagai cerita buku. Namun yang paling berpengaruh kuat adalah inspirasi dari buku Sandman karya Neil Gaiman untuk pembentukan karakternya.

Meski gambar karakter sudah dibuat sejak usia masih belasan tahun, perempuan yang akrab dengan nama pena Philia Fate ini baru mulai serius mengerjakan cerita buku I’mmortal Series: Reminiscentiam pada awal tahun 2017.
Anita berbagi cerita kendala yang dialaminya, “Menulis bukan hobi utama waktu itu. Jika ada ide saya lebih senang menggambar sesuai dengan latar belakang desain saya”. Ia kemudian tetap menggambar karakter-karakter lengkap dengan penamaan juga profilnya. Baginya, kendala utama selama penulisan buku adalah membagi waktu antara pekerjaan dengan menulis buku.
Ia berhasil menyelesaikan cerita untuk melengkapi karakter yang telah dibuat hingga mencetaknya dalam waktu hampir satu tahun. Tantangan mengembangkan ide cerita sesuai dengan perkembangan pemahaman orang masa sekarang. “Butuh banyak perombakan supaya cerita lebih masuk akal. Karakter tetap sama, hanya cerita yang mengalami perubahan dari konsep awal dulu ketika masih SMP,” ujarnya.
Dalam berproses menulis bukunya saat menemui hambatan, Anita terus bersemangat karena ia memiliki keyakinan Tuhan memberikan bakat pada setiap orang. “Saya merasa perlu mengasah serta mempertanggungjawabkan hal tersebut,”urai perempuan asli Surabaya ini. Semangatnya untuk menyampaikan pesan yang baik melalui bakatnya membuat perempuan berbintang Aries ini tak mudah menyerah.
Perihal cara menyampaikan pesan dan cara menulis hingga pemilihan kata, Anita sangat menyenangi gaya Paulo Cuelho dalam bukunya Alchemist. Buku I’mmortal Series: Reminiscentiam sendiri menggunakan dua sudut pandang sekaligus. Anita merasa perlu menggunakan pendekatan anti-mainstream tersebut karena angannya menulis buku dengan cara looping. Ia ingin pembaca menemukan pengalaman baru dalam membaca bukunya.
Pernah muncul perasaan tidak percaya diri ketika akan memulai menulis buku. “Awalnya saya sangat tidak percaya diri, biasanya hanya menulis untuk diri sendiri karena berawal dari menulis diary,” kisahnya. Ia terus menantang dirinya sendiri untuk terus menulis dengan target minimal satu bab tiap minggunya. Selain itu, Anita juga berjuang membaca minimal empat buku setiap bulan untuk bahan referensi penulisannya.
“Membaca itu seperti menyerap, dan menulis itu seperti berbagi yang sudah saya serap,” ungkap Anita sambil tersenyum.
Di tengah proses penulisan buku, Anita punya pengalaman yang tidak terlupakan. Tiba-tiba seorang rekan penulis senior mengajaknya mengikuti lomba yang diselenggarakan salah satu penerbit di Bandung. Tawaran itu menarik perhatiannya karena naskah-naskah terbaik akan dibaca langsung oleh Chief Editor penerbit tersebut. Kala itu naskah buku I’mmortal Series: Reminiscentiam sudah mencapai bab ke-10.
Singkat kata mereka sepakat untuk mengirimkan naskah tersebut untuk lomba. Meski tanpa ambisi, naskah mereka berhasil masuk top 40 hingga akhirnya masuk sebagai lima naskah terbaik yang akan dibaca Chief Editor penerbit. Bagi Anita dengan mengikuti lomba tersebut dan mendapat penghargaan, justru semakin membuatnya bersemangat melanjutkan penulisan buku hingga rampung.
Selama menulis buku, Anita berbagi pengalamannya yang menarik. “Justru muncul kebiasaan kerja dengan mendengarkan instrumen musik, padahal kebiasaan sebelumnya selalu dengarkan musik dengan lirik,” katanya diiringi gelak tawa. Ia mengaku semakin mengenal sisi lain dirinya dalam menemukan kenyamanan menulis karena mengerjakan buku I’mmortal Series: Reminiscentiam.
Sebagai penulis tunggal, Anita berharap buku ini dapat menghibur pembaca. Tak sekedar menghibur, harapannya pembaca juga bisa menerima pesan moral di dalamnya. Ia ingin mengubah paradigma orang untuk melihat kehidupan dengan lebih baik. “Ketika kamu memiliki waktu di dunia jangan menyia-nyiakan. Tidak semua yang kita miliki sekarang, akan menjadi milik kita selamanya,” pesannya. Upayanya untuk menyampaikan pesan bijak dalam memanfaatkan waktu, dibarengi dengan upaya sang penulisnya memanfaatkan waktu selama mengerjakan buku tersebut.